" Kurikulum PP. Kubriwijoyo Madiun : Tahfidzil Qur`an, Kajian Kitab Kuning, Kitab Alat (Nahwu Shorof dll), Kajian Kilat / Kilatan dan Ektra Kurikuler" Santri Kami Mulai Anak-Anak sampai Orang dewasa Putra dan Putri..

"Manusia yang mengenal dirinya maka, ia mengenal Tuhannya" "Tentunya Anda telah tahu Bahwa, Yang sangat Singkat itu adalah Waktu,Yang sangat dekat adalah Kematian, Yang paling jauh itu adalah Masalalu, Yang sangat besar adalah Nafsu, Yang paling berat adalah Amanah, Yang sulit itu adalah Ikhlash, Yang paling Mudah adalah berbuat Dosa, Yang abadi adalah Amal baik, yang di Investasikan adalah Amalan Kita"

Senin, 25 April 2011

Generasi Wali Songo ( 10 Ver.)

Generasi Wali Songo 10 Angkatan? Mungkin orang jarang menemukan rujukannya, dengan berkunjung disini Anda akan menemukan rujukan yang dimakasud..

Menurut buku Haul Sunan Ampel Ke-555 yang ditulis oleh KH. Mohammad Dahlan, lebih lanjut menyatakan “Majelis Dakwah Yang Secara Umum Dinamakan Walisongo, Sebenarnya Terdiri Dari Beberapa Angkatan”. Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan, namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan, maupun dalam hubungan guru-murid. Bila ada seorang anggota majelis yang wafat, maka posisinya digantikan oleh tokoh lainnya:

Angkatan ke-1 (1404 – 1435 M), terdiri dari
  1. Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419),
  2. Maulana Ishaq,
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
  4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
  5. Maulana Malik Isra’il (wafat 1435),
  6. Maulana Muhammad Ali Akbar (wafat 1435),
  7. Maulana Hasanuddin,
  8. Maulana ‘Aliyuddin, dan
  9. Syekh Subakir atau juga disebut Syaikh Muhammad Al-Baqir.
Angkatan ke-2 (1435 – 1463 M), terdiri dari
  1. Sunan Ampel yang tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim,
  2. Maulana Ishaq (wafat 1463),
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
  4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
  5. Sunan Kudus yang tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il,
  6. Sunan Gunung Jati yang tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar,
  7. Maulana Hasanuddin (wafat 1462),
  8. Maulana ‘Aliyuddin (wafat 1462), dan
  9. Syekh Subakir (wafat 1463).
Angkatan ke-3 (1463 – 1466 M), terdiri dari
  1. Sunan Ampel,
  2. Sunan Giri yang tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq,
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro (wafat 1465),
  4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat 1465),
  5. Sunan Kudus,
  6. Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Bonang yang tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin,
  8. Sunan Derajat yang tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin, dan
  9. Sunan Kalijaga yang tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir.
 Angkatan ke-4 (1466 – 1513 M, terdiri dari
  1. Sunan Ampel (wafat 1481),
  2. Sunan Giri (wafat 1505), 
  3. Raden Fattah yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra,
  4. Fathullah Khan (Falatehan) yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
  5. Sunan Kudus,
  6. Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Bonang,
  8. Sunan Derajat, dan
  9. Sunan Kalijaga (wafat 1513).
Angkatan ke-5 (1513 – 1533 M), terdiri dari 
  1. Syekh Siti Jenar yang tahun 1481 menggantikan Sunan Ampel (wafat 1517),
  2. Raden Faqih Sunan Ampel II yang ahun 1505 menggantikan kakak iparnya Sunan Giri,
  3. Raden Fattah (wafat 1518),
  4. Fathullah Khan (Falatehan),
  5. Sunan Kudus (wafat 1550),
  6. Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Bonang (wafat 1525),
  8. Sunan Derajat (wafat 1533), dan
  9. Sunan Muria yang tahun 1513 menggantikan ayahnya Sunan Kalijaga.
Angkatan ke-6 (1533 – 1546 M), terdiri dari
  1. Syekh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu) yang ahun 1517 menggantikan ayahnya Syekh Siti Jenar,
  2. Raden Zainal Abidin Sunan Demak yang tahun 1540 menggantikan kakaknya Raden Faqih Sunan Ampel II, 
  3. Sultan Trenggana yang tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah,
  4. Fathullah Khan (wafat 1573),
  5. Sayyid Amir Hasan yang tahun 1550 menggantikan ayahnya Sunan Kudus,
  6. Sunan Gunung Jati (wafat 1569),
  7. Raden Husamuddin Sunan Lamongan yang tahun 1525 menggantikan kakaknya Sunan Bonang,
  8. Sunan Pakuan yang tahun 1533 menggantikan ayahnya Sunan Derajat, dan
  9. Sunan Muria (wafat 1551).


Angkatan ke-7 (1546- 1591 M), terdiri dari
  1. Syaikh Abdul Qahhar (wafat 1599),
  2. Sunan Prapen yang tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak, 
  3. Sunan Prawoto yang tahun 1546 menggantikan ayahnya Sultan Trenggana, 
  4. Maulana Yusuf cucu Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1573 menggantikan pamannya Fathullah Khan,
  5. Sayyid Amir Hasan, 
  6. Maulana Hasanuddin yang pada tahun 1569 menggantikan ayahnya Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Mojoagung yang tahun 1570 menggantikan Sunan Lamongan,
  8. Sunan Cendana yang tahun 1570 menggantikan kakeknya Sunan Pakuan, dan
  9. Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos) anak Sayyid Amir Hasan yang tahun 1551 menggantikan kakek dari pihak ibunya yaitu Sunan Muria.


Angkatan ke-8 (1592- 1650 M), terdiri dari
  1. Syaikh Abdul Qadir (Sunan Magelang) yang menggantikan Sunan Sedayu (wafat 1599),
  2. Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi yang tahun 1650 menggantikan gurunya Sunan Prapen, 
  3. Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) yang tahun 1549 menggantikan Sultan Prawoto,
  4. Maulana Yusuf,
  5. Sayyid Amir Hasan,
  6. Maulana Hasanuddin,
  7. Syekh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani yang tahun 1650 menggantikan Sunan Mojoagung,
  8. Syekh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri yang tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana, dan 
  9. Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos).



Wali Songo Angkatan ke 9, 1650 – 1750M, terdiri dari:
  1. Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan (tahun 1750 menggantikan Sunan Magelang)
  2. Syaikh Shihabuddin Al-Jawi (tahun 1749 menggantikan Baba Daud Ar-Rumi)
  3. Sayyid Yusuf Anggawi (Raden Pratanu Madura), Sumenep Madura (Menggantikan mertuanya, yaitu Sultan Hadiwijaya / Joko Tingkir)
  4. Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani, (tahun 1750 Menggantikan Maulana Yusuf, asal Cirebon )
  5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. (1740 menggantikan Gurunya, yaitu Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus)
  6. Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir ( tahun 1750 menggantikan buyutnya yaitu Maulana Hasanuddin)
  7. Sultan Abulmu'ali Ahmad (Tahun 1750 menggantikan Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani)
  8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri
  9. Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (tahun 1750 menggantikan ayahnya, Sayyid Shalih Panembahan Pekaos)

Wali Songo Angkatan ke-10, 1751 – 1897 terdiri dari:
  1. Pangeran Diponegoro ( menggantikan gurunya, yaitu: Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan)
  2. Sentot Ali Basyah Prawirodirjo, (menggantikan Syaikh Shihabuddin Al-Jawi)
  3. Kyai Mojo, (Menggantikan Sayyid Yusuf Anggawi (Raden Pratanu Madura)
  4. Kyai Kasan Besari, (Menggantikan Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani)
  5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. …
  6. Sultan Ageng Tirtayasa Abdul Fattah, (menggantikan kakeknya, yaitu Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir)
  7. Pangeran Sadeli, (Menggantikan kakeknya yaitu: Sultan Abulmu'ali Ahmad)
  8. Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan, Sumenep, Madura (Menggantikan Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri)
  9. Sayyid Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek), Bangkalan, Madura, (Menggantikan kakeknya, yaitu: Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan)

Tahun 1830 – 1900 (Majelis Dakwah Wali Songo dibekukan oleh Kolonial Belanda, dan banyak para ulama’ dari didikan atau keturunan Wali Songo yang dipenjara dan dibunuh).

Semoga tulisan ini turut memberi pencerahan terkait da’wah yang di laksanakan majlis Wali Songo, Karena siapapun Mereka, pada hakekatnya telah menyebarkan ajaran Islam dan dari generasi ke generasi selalu memback-up dengan orang-orang yang Amanah.

Jika diantara mereka ada silsilah garis keturunan dengan Anda, maka beruntunglah Anda,.. artinya Anda punya Alasan untuk meneruskan Da’wah mereka kepada Masyarakat, sesuai dengan kondisi Masyarakat Anda berada.. karena para wali songo dalam menjalankan da’wah selalu berbaur dengan hati masyarakat, untuk kemudian membimbing secara pelan-pelan.. dan tanpa terasa ribuan bahkan jutaan umat muslim telah berdiri dengan kokoh sendi sendi Iman, Islam dan Ihsannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sumber Artikel Berasal dari:

Berita Terbaru Lainnya

Ketikan Dari Http://INFOAFIF.tk/