Apa kabar semua..?
Diawali dengan pernyataan maaf, saya bukan bermaksud menggurui sahabat, kawan dan teman semua… tapi judul di atas terinspirasi ketika seseorang bertanya kepada saya terkait ayat 177 surat al baqarah untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sesungguhnya.. Ketika pertanyaan yang bersifat minta tolong itu dilayangkan ke hp saya, tidak serta merta saya menjawabnya. Karena saya perlu berfikir apakah saya sudah layak member jawaban atau belum… setelah saya menemukan alas an untuk menjawab pertanyaan teman saya tersebut maka kondisi jawabannya seperti dalam paragraph berikut ini..
Makna logis Albaqarah ayat 177 adalah:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Karena nash alqur`an begitu adanya maka mari bersama-sama di tela’ah pelan-pelan.:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
hal ini adalah pernyataan Allah bahwa kebaikan itu jangan hanya di lihat lahiriahnya saja, karena keadaan seperti itu berada dalam taraf formalitas, meskipun formalitas dan rutinitas seorang muslim begitu adanya, keterkaitan dalam hal ini adalah Sholat 5 waktu, sholat sunnah rowatib dan sunnah lainnya.. karena aktualitas sholat itu adalah berkiblat pada masjidil haram di kota mekkah, dan yang berkiblat ke sana adalah seluruh bangsa yang ada di 8 penjuru bumi, jadi kiblat sholat bias menghadap ke utara bagi Negara-negara yang berada di sebelah selatan masjidil haram, ada yang menghadap ke selatan bagi muslimin yang berada di negara sebelah utara kota mekkah dst..
Jadi sholat sebagai tiang dan pondasi islam tetap harus di laksanakan dengan sebaik-baiknya, tetapi jangan berbangga diri dengan amalan sholat dan yang sejenisnya.. logikanya adalah apakah pantas manusia meminta imbalan ketika melaksanakan kewajiba, padahal Allah telah member ni’mat yang tidak bias dibilang, tidak mampu di hitung. Jadi sebagai muslim jangan berharap sesuatu setelah mengerjakan sholat, tapi berdo’alah kepada Allah agar mendapatkan karunia lainnya karena ridho Allah. Ingatlah setiap manusia diberi skill yang berbeda-beda dengan manusia lainnya, disitulah jalan rizki dari Allah akan datang. >>>
Akan Tetapi Sesungguhnya Kebajikan Itu Ialah Beriman Kepada Allah, Hari Kemudian, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Kepada Nabi-Nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
*******
Sebelum paragraph ini berlanjut, kita akan berkenalan dulu dengan pencerahan dari Kitab Tauhid 2, karya DR Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, dalam kitab tersebut di nyatakan lebih lanjut >>> …
Cabang-cabang iman bermacam-macam, jumlahnya banyak, lebih dari 72 cabang. Dalam hadits lain disebutkan bahwa cabang-cabangnya lebih dari 70 buah.
Dalil cabang-cabang iman adalah hadits Muslim dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu,
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “la ilaha illallahu” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim, I/63)
Beliau Shalallaahu alaihi wasalam menjelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah tauhid, yang wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun cabang iman itu menjadi sah kecuali sesudah sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan menyingkirkan duri atau batu dari jalan mereka.
Lalu, di antara ke dua cabang tersebut terdapat cabang-cabang lain seperti cinta kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, cinta kepada saudara muslim seperti mencintai diri sendiri, jihad dan sebagainya. Beliau tidak menjelaskan cabang-cabang iman secara keseluruhan, maka para ulama berijtihad menetapkannya.
Al-Hulaimi, pengarang kitab “Al-Minhaj” menghitungnya ada 77 cabang, sedangkan Al-Hafizh Abu Hatim Ibnu Hibban menghitungnya ada 79 cabang iman. Sebagian dari cabang-cabang iman itu ada yang berupa rukun dan ushul, yang dapat menghilangkan iman manakala ia ditinggalkan, seperti mengingkari adanya hari Akhir; dan sebagiannya lagi ada yang bersifat furu’, yang apabila meninggalkannya tidak membuat hilang-nya iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti tidak memuliakan tetangga.
Terkadang pada diri seseorang terdapat cabang-cabang iman dan juga cabang-cabang nifak (kemunafikan). Maka dengan cabang-cabang nifak itu ia berhak mendapatkan siksa, tetapi tidak kekal di Neraka, karena di hatinya masih terdapat cabang-cabang iman. Siapa yang seperti ini kondisinya maka ia tidak bisa disebut sebagai mukmin yang mutlak, yang terkait dengan janji-janji tentang Surga, rahmat di Akhirat dan selamat dari siksa. Sementara orang-orang mukmin yang mutlak juga berbeda-beda dalam tingkatannya.
*******
Jika selama ini para muslimin telah mengetahui 6 rukun iman, itu sudah bagus karena hal itu adalah syarat. Tetapi untuk memperkaya (baca: ) lebih mendalami makna iman, selayaknya seorang muslim juga perlu belajar lagi bahwa cabang-cabang iman itu ada 70 jenis / cabang. Dengan mendalami iman yang sebenarnya, maka imaginasi keimanan seorang muslin akan lebih berkwalitas dari muslim lainnya. Selain itu eksistensi seorang muslim selayaknya “tidak hanya menjalankan yang disukai dan meninggalkan yang tidak disukai” hal itu pastinya terkait dengan amal ibadah yang di ajarkan baginda Rosul seluruhnya. karena kondisi seorang muslim biasanya akan merasa minder dengan amalan yang di anggap berat dan sulit, “maklum sebagai manusia biasa, kebanyakan kita, termasuk saya/penulis, biasanya malu menyatakan dengan lisan, jadi tetap bersikukuh dengan menampilkan wajah kepura-puran kita bahkan kalau perlu bersikap “Innocent”.
Jika di jabarkan lagi butir-butir iman itu meliputi .:
Beriman kepada Allah s.w.t dan tidak berlaku syirik kepadaNya.
Selain Allah s.w.t. semuanya adalah ciptaanNya dan Dialah yang kekal untuk selama-lamanya.
Beriman kepada Malaikat.
Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah.
Beriman kepada utusan-utusan Allah.
Beriman kepada takdir Allah, sama ada baik dan buruk semuanya dari Allah.
Beriman kepada hari qiamat.
Beriman dengan adanya syurga.
Beriman dengan adanya neraka.
Mencintai Allah dengan sebenar-benarnya.
Mencintai dan membenci seseorang kerana Allah.
Mencintai Baginda Rasulullah s.a.w.
Ikhlas.
Taubat.
Takut kepada Allah.
Mengharapkan rahmat Allah.
Jangan berputus asa untuk mendapat rahmat Allah.
Bersyukur.
Menepati janji.
Bersabar.
Tawadhu’.
Mengasihi dan bersikap lemah lembut.
Ridho dengan apa yang ada.
Tawakkal.
Tidak berlaku sombong.
Menjauhi kemarahan.
Berperasaan malu.
Menjauhi iri hati, dengki dan hasad.
Menjauhi sejenis prasangka, seperti buruk sangka dan tipu daya.
Jangan terlalu mencintai dunia / dunia bukan segalanya,
Mengucap kalimah tayyibah (syahadah)
Membaca al-Quran.
Mempelajari ilmu agama.
Mengajarkan ilmu.
Berdoa dan bermunajat.
Berdzikir kepada Allah dan beristighfar.
Menjauhi kesia-siaan dan perkataan yang melampaui batas.
Kebersihan, pada badan, pakaian dan tempat tinggal.
Melakukan ibadah solat dengan bersungguh-sungguh.
Sedekah dan berzakat.
Puasa.
Melaksanakan ibadah Haji.
I’tikaf di masjid.
Meninggalkan kampung halaman untuk menegakkan agama /berjihad/sejenisnya.
Menunaikan nazar dan kifarah.
Menjaga amanah.
Menutup aurat.
Berkurban di hari Nahar.
Menyempurnakan prosesi jenazah.
Menjelaskan / membayar hutang.
Memperbaiki muamalah dan mencari harta dengan cara yang baik.
Menjadi saksi terhadap perkara yang benar.
Wajib wara' dalam makan minum dan menjauhi perkara yang tidak halal.
Menjauhi perzinaan.
Menunaikan hak anak dan isteri, para hamba sahay jika ada dan lain-lain.
Menunaikan hak kedua ibu-bapa.
Memberi pendidikan agama kepada anak-anak.
Menghormati orang yang lebih tua dan kerabat / tetangga.
Mempereratkan silaturrahim.
Memerintah dengan adil.
Menyertai jamaah dalam lingkungan yg terjangkau olehnya
Mentaati umara’ / hakim (yang hukumnya tidak bertentangan dengan agama Islam).
Memperbaiki kondisi kemanusiaan secara sukarela dan untuk mendapat Ridho Allah semata.
Menyuruh melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Membantu / mengarahkan seseorang ke arah kebajikan.
Memelihara batasan hokum yang di tetapkan Allah.
Membelanjakan harta di tempat yang diridhai Allah, tidak membazir, boros dan tidak foya-foya.
Menyelamatkan penduduk bumi dari kerugian dan penderitaan.
Bersalam-salaman dan mengucapkan 'Yarhamkumullah' bila ada orang bersin.
Menolak dan membuang benda-benda yang berpotensi menyakiti orang yang lalu lalang.
Bila berkaca pada 70 cabang tadi, dan seseorang berharap mampu mengamalkannya, maka InsyaAllah, seseorang tadi hatinya sampai kepada Allah. Seluruh makluq yang di bumi suka kepadanya dan penghuni langit juga rindu kehadirannya..
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar