Dalam setiap zaman keberadaan ikan dan manusia memiliki suatu kesamaan, si ikan mencari air dan manusia juga mencari air, tetapi keperluan ikan dan manusia terhadap air memiliki intensitas yang berbeda, ikan memerlukan air hanya untuk kehidupan jasadnya saat berada didunia, sedang makna “manusia memerlukan air” memiliki makna dhohir dan memiliki makna kiasan. Untuk lebih jelasnya cerita berikut ini akan menggambarkan kondisi yang berbeda-beda untuk keadaan ikan dan manusia..
Ikan Mencari Air:
Pada suatu ketika seekor piranha yang gagah dan gesit dengan segala kekuatan phisik yang dimiliki, ia sanggup menyelam pada suatu kedalam yang jauh didasar sungai, dan pada keadaan yang lain ia sanggup untuk melawan arus sehingga ia mampu berenang ke hulu perairan darat..
Pada saat yang kedua inilah piranha gagah ini mendengar percakapan yang suara itu berasal dari atas bebatuan, “ untuk bertahan hidup engkau harus selalu menemukan air, karena sebagian besar kehidupan berasal dari air, ingat pesan ini” karena kalimat inilah piranha yang gagah ini merasa dirinya tidak berarti apa apa jika belum bertemu air. Keadaan ini mejadikan ia tak enak makan, tak enak tidur dan bikin ia malas mandi.
Pada hari yang telah ia tentukan, piranha yang gagah ini sudah siap siaga berkelana demi bertemu dengan “sang air” ia menjelajah kearah hulu sungai hingga ke sumber mata airnya dipuncak pegunungan, sampaipun di ujung hulu sungai ia merasa kelelahan karena ia tidak menemukan air.
Dalam keputusasaan inilah ia bertanya kepada saudaranya sebangsa ikan yang ia panggil sebagai “raden gurami”, dalam percakapannya ia mengutarakan maksud pengembaraannya hanyalah pingin ketemu “sang air” agar ia bisa bertahan hidup. raden guramipun tidak memiliki referensi mengenai “ sang air” ini..
Setelah beberapa hari bertukar pendapat akhirnya kedua tokoh inipun sepakat untuk berkelana bersama hingga menemukan sumber kehidupan itu yang tal lain “sang air”, pada hari yang telah disepakati dua tokoh inipun berpamitan kepada seluruh bangsa ikan yang ada dalam komunitas mereka, pesan keduanya agar mereka saling menjaga dan tidak boleh saling ganggu..
Awal petualangan keduanyapun telah dimulai, dari awal perjalanan di sungai besar yang lamanya berbulan bulan mereka belum menemukan jawaban untuk kehidupannya, dan kini mereka telah memasuki anak anak sungai demi pencariannya, ketika mereka menemuka suatu komunitas, mereka berharap ada bangsa mereka yang bersedia menunjukkan dimana “sang air” itu, setelah memulai dengan segala tata krama, dua tokoh inipun berdiskusi terkait masalah mereka berdua, dan sebagai sesepuh komunitas “Raden Udang” tidak berani menjawab dengan yakin, karena untuk kebenarannya harus dibuktikan secara ilmiah, tatapi “Raden Udang” dengan bijak memberi saran “ sebaiknya Anda Berdua mencari suatu wilayah yang berbentuk seperti segitiga yang berada pada pertemuan dua sungai, daerah itu disebut delta, ketika sampai disitu masuklah melalu sisi hilirnya delta dan Anda berdua akan menemuka rawa-rawa dengan air yang jernih sepanjang tahun, jika telah sampai disana sampaikan salamku kepada “raden dumbo” semoga pengalaman raden dumbo bisa menjadikan Anda berdua tahu dimanakah sang air berada”. Saya hanya mendoakan Anda berdua selamat sampai tujuan dan berhasil..
Pada hari yang ditentukan, keduanya berpamitan dengan tuan rumah dan berjalan menyusuri sungai kearah hilir, dan sambil menempuh perjalanan ini keduanya menghitung-hitung berapa lama perjalanan mereka dalam pencarian, ternyata mereka mendapati angka 240 hari, dan itu berarti dialam manusia adalah 8 bulan perjalanan, dan tanpa terasa mereka berputar putar pada suatu kawasan secara berulang ulang karena sungai yang mereka lalui tiba-tiba terbelah jadi dua, tapi setelah melewati daratan kecil, sungai yg mereka lalui menyatu lagi, keduanya heran dengan fenomena ini, untuk itu mereka bertanya kepada ikan gabus yang mereka temui, dan dari jawaban sang gabus ini barulah mereka faham bahwa daratan kecil ditengah dua aliran sungai besar itu disebut delta, sembari berterimakasih keduanya cepat cepat mengayuh siripnya untuk mencari pintu masuk ke rawa rawa yang mereka cari, dipintu gerbang komunitas rawa ini mereka menuliskan pesan kepada penjaga gerbang rawa agar penghulu mereka mengizinkan mereka berdua singgah untuk belajar barang semalam.
Pada pagi berikutnya suasana sangat cerah, mereka berdua diminta penghulu rawa untuk hadir di ruang kediaman “raden dumbo”, setelah perbincangan berlalu mereka berdua mencari jawaban atas masalah mereka, “dimasa itu” sambung raden dumbo, aku hanyalah bangsa lele yang masih kecil, aku terpenjara dalam kolam pada sebuah perkampungan modern milik bangsa manusia, melihat kondisi kawan kawanku pada kolam sebelah rasanya aku ngeri dan kalut karena dari cerita para manusia setelah mereka besar maka mereka akan digoreng dalam minyak panas untuk hidangan mereka, dan dari manusia juga aku mengetahui bahwa “yangkita temapti inilah yang dinamakan air” dan yakinilah bahwa tempat kita berenang adalah sama dengan yang dipakai manusia untuk minum dan keperluan lainnya.
“Sata itu” lanjut sang dumbo, dimalam yang gelap gulita dan hanya diterangi kilat saat mendung begitu menggulung, aku memanjat dinding kolam yang kasar dengan pisauku yang dikiri dan dikanan, setelah aku sampai di daratan aku merasa kesakitan karena jauh dari air hingga akhirnya lompatanku menemukan aku dengan anak sungai, maka aku menghanyut pasrah karena lemas..
Maka dari itu syukurilah bahwa air yang kamu cari adalah alam yang hingga kini kamu pakai berenang dan sumber kehidupan yang dulunya kalian cari, dan dari semua itu pelajaran yang paling berharga adalah kemauan untuk mencari dan mendapatkan. Jadi kalian berdua telah berhasil menemukan yang namanya air, sampaikan kepada seluruh komunitas yang kamu semua temui bahwa tempat bangsa ikan adalah air.
Manusia Mencari Air:
Dari sejak permulaannya, manusia hidup dari berkah yang dibawa oleh air, secara langsung manusia punya ketergantungan dengan air. Sebagaimana bangsa bangsa jaman dahulu hingga hari ini, berani bertaruh atas sesuatu demi mendapat seteguk air.
Dimasa lalu negeri Iram (sekarang disebut Petra di Yordania) yang memiliki arsitektur paling langka di dunia, kejayaan mereka dihasilkan dengan mempertaruhkan teknologi dan ilmu pengetahuan serta harta, dengan tujuan yang sangat jelas karena negeri Iram adalah jalur sutra dan jalur emas dari Cina – Persia – Syiria dan Mesir, dari sisi geografis melewati kawasan Iram/Petra pasti mereka akan mencari air, disinilah peran manusia, air, teknologi dan bisnis berjalan dengan seimbang dan hasilnya adalah subuah kerajaan yang makmur. Dari semua kalimat yang tersebut diatas, jelaslah makna air untuk kehidupan manusia secara dhohir / phisik.
Dan dibalik semua itu manusia secara bathin juga perlu air untuk menghidupkan segenap hati dan jiwanya. Air itu untuk menyirami 7 sifat dalam diri manusia, dimana 2 dari sifat yang ada dalam diri manusia itu hanya merusak dan merusak belaka, dua sifat itu disebut “Nafsu Amarah dan Nafsu Lawwamah” amarah masih mempunyai bala tentara yang berjumlah 7 dan lawwamah juga memiliki bala tentara yang berjumlah 9.
Meski berbeda dalam nama dan kelompok, kedua sifat dan bala tentara dari amarah dan lawwamah bertujuan sama yaitu merusak dan menghancurkan. Jika amarah merusak secara phisik, maka lawwamah merusak melalui Psikis, jika 16 sifat itu dapat disirami dengan air dari “Telaga Kautsar” maka 16 sifat buruk itu akan musnah sehingga sifat sifat dalam diri manusia yang lain akan tumbuh dan tambah subur. Agar manusia dapat menikmati jernih dan sejuknya air dari telaga Kautsar, maka diri yang bersangkutan harus selalu berdzikir dengan kalimah “Thoyyibah”. Dan untuk hal itu diperlukan Guru yang bersedia membimbing yang disebut “Mursyid”.
(Mengenai 5 kelompok lain penghuni hati, akan Anda temukan dalam halaman lainnya..)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar